Selasa, 20 Oktober 2009

Michael Schumacher, Legenda F1 Sejati


Michael Schumacher (akrab disapa "Schumi""Schu", atau "Schuey", lahir di Hürth-HermülheimJerman3 Januari 1969; umur 40 tahun) adalah seorang pembalap Formula 1 asal Jerman. Tinggi badannya 174 cm. Adiknya, Ralf, juga turun sebagai pembalap Formula 1 dari musim 1997 sampai 2007. Schumi pertama kali membalap di ajang Formula 1 pada tahun 1991, sejak saat itu ia telah menjuarai 91 balapan Formula 1 dan tujuh kali merebut gelar juara dunia (1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004). Schumi mengumumkan pengunduran dirinya dari ajang tersebut pada 10 September 2006, dan pensiun pada akhir musim 2006. Setelah pensiun, Schumi masih terlibat dengan tim Ferrari untuk membina pembalap-pembalap muda, sekaligus pula menjadi asisten khusus tim Ferrari, baik dalam balapan grand prix, maupun dalam kegiatantesting. Schumi merupakan satu dari sekian banyak legenda hidup Formula 1 yang sangat popular hingga saat ini.

Karir Formula 1

Jordan GP (1991)

Schumi, saat testing dengan mobil Jordan 191.
Pada Agustus 1991, Schumi memulai debutnya di F1. Ia bergabung bersama tim Jordan di GP Belgia, menggantikan Bertrand Gachot yang sedang di hukum oleh kepolisian Inggris akibat ulahnya yang menyemprot seorang sopir taksi di London dengan gas CS. Eddie Jordan (EJ) berhasil mendapatkan Schumi yang saat itu masih bergabung bersama Mercedes-Benz, untuk bisa turun di F1, Eddie lantas membayar konpensasi kepada Mercy sebesar $150,000.[28] Dalam debutnya, Schumi menempati grid ketujuh dalam kualifikasi, namun gagal menyelesaikan balapan akibat kerusakan kopling di lap pertama.[29]Itu merupakan satu-satunya balapan bersama Jordan, sebelum akhirnya pindah ke tim Benetton.

Benetton F1 (1991-1995)


Masa pembelajaran

Dua minggu setelah debut yang mengesankan bersama tim Jordan, secara mengejutkan Flavio Briatore (dengan bantuan Bernie Ecclestone) menarik masuk Schumi ke tim Benetton. Sebenarnya, EJ tidak setuju dengan jalan yang ditempuh Flavio tersebut. Namun niatnya untuk menuntut Benetton pupus setelah Bernie Ecclestone menawarkan jalan tengah, yaitu sebuah kontrak pasokan mesin gratis dari Yamaha untuk tim EJ di musim 1992. Flavio lantas secara kontroversial menggeser posisi Roberto Moreno ke kursi test driver, dan menggantikannya dengan Schumi. Schumi lantas mendapat banyak mendapat pelajaran berharga dari mantan juara dunia Nelson Piquet. Balapan perdananya bersama Benetton adalah di GP Italia, di balapan tersebut Schumi meraih poin perdananya di ajang F1, bahkan ia pun mengalahkan Nelson Piquet, baik di kualifikasi, maupun di race. Flavio kemudian berkomentar bahwa suatu saat nanti pembalap barunya ini akan menguasai dunia balap F1,"Kita tunggu saja waktunya", ujar Flavio waktu itu.
Tahun 1992, dirinya mampu menaiki podium sebanyak 8 kali, salah satunya adalah kemenangan pertamanya di GP Belgia dalam kondisi hujan deras, ia pun lantas mendapatkan julukan rain master oleh kalangan paddock berkat aksinya yang memukau di balapan tersebut.Di akhir musim, Schumi menempati peringkat ketiga klasemen pembalap dengan 53 poin.
Pada 1993, Schumi kembali menunjukkan bakatnya sebagai calon pembalap besar. Namun, di tahun itu Schumi hanya menang sekali diPortugal. Itupun setelah melalui perjuangan keras melawan duo Williams. Posisi klasemen akhir Schumi adalah ke-4 dengan 52 poin.


Gelar dunia pertama

Mobil Schumi musim 1994:Benetton B194.
Pada 1994, tanda-tanda Schumi akan mendominasi musim mulai terlihat setelah ia memenangi tiga seri awal, yaitu di BrazilPasifik, dan San Marino. Dalam tiga balapan tersebut, saingan beratnya, Ayrton Senna mengalami beragam masalah. Dan yang paling parah adalah ketika di ImolaSan Marino, saat Ayrton Senna tewas akibat kecelakaan.
Setelah kematian Senna, aksi brilian Schumi makin tak terbendung. Bahkan ia merebut pole pertamanya di Monaco, dengan mudah pula ia mengalahkan Mika Hakkinen yang duduk di posisi kedua saat kualifikasi. Lantas ia sempat dihukum larangan tampil di dua balapan, akibat insiden muslihat di GP Inggris kepada Damon Hill. Namun hal itupun tidak cukup untuk mengalahkan Schumi. Ia lantas mengalahkan Damon Hill hanya dengan selisih satu poin, setelah sebelumnya mengalami insiden yang kontroversial di GP Australia, di Adelaide. Schumi pun akhirnya berhasil menjadi juara dunia untuk kali pertama sepanjang karirnya (yang pertama juga untuk tim Benetton).


Mempertahankan gelar

Pada 1995, dengan dibantu mesin Renault yang sama seperti Williams, Schumi mendominasi musim bersama rekan setimnya Johnny Herbert. Kemenangan terbaik Schumi diraih di GP Belgia, dimana ia dengan nekat melajukan mobilnya yang start dari posisi 16 menuju tangga kemenangan dengan memakai ban kering di tengah trek yang basah. Ia sempat bersenggolan dengan Damon Hill di tikungan Las Combes, namun malah Hill yang terkena penalty stop and go.
Momen unik Schumi di tahun 1995 adalah saat mobilnya mengalami masalah di GP Kanada. Sadar bahwa ia tidak akan menang, ia lantas memberi jalan kepada Jean Alesi untuk meraih kemenangan perdananya di Formula 1. Schumi kemudian membonceng Jean Alesi dalam selebrasi victory lap sebagai tanda bahwa ia ikut senang atas kemenangan pertama Jean Alesi.
Setelah sembilan kali menang di musim 1995, Schumi merebut mahkota juara dunia untuk yang kedua kalinya ditahun tersebut. Dan dengan usianya yang baru menginjak 26 tahun, Schumi merupakan pembalap termuda sepanjang sejarah yang mampu meraup dua gelar juara dunia (sebelum dipecahkan oleh Fernando Alonso di tahun 2006).


Scuderia Ferrari (1996-2006)


Reformasi tim

Mobil Ferrari Schumi pertama musim 1996.
Awal Agustus 1995, rumor kepindahan Schumi ke Ferrari ramai diperbincangkan oleh publik. Sebelumnya, ia juga sempat dihubung-hubungkan dengan McLaren, apalagi karena sewaktu ia muda, ia banyak dibimbing oleh Mercedes-Benz, yang kini memperkuat tim McLaren.
Akhirnya setelah lama bernegoisasi, Schumi setuju untuk pindah ke Ferrari yang saat itu terbilang sebagai tim dengan penampilan terburuk. Ia lantas di beri kebebasan oleh tim untuk menentukan siapa rekan setimnya. Ia lantas memilih Eddie Irvine. Selain itu, ia juga sempat menuntut agar Ferrari mau merekrut para mekaniknya di Benetton dulu seperti Ross Brawn dan Rory Byrne, tetapi baru di musim 1997-lah, Brawn dan Byrne bisa ditarik ke Ferrari.[37][38] Kuartet Schumi, Brawn, Byrne, dan Jean Todt kemudian menjadi kuartet terkuat dalam sejarah F1, seperti yang pernah dikatakan oleh Jackie Stewart.
Pada musim perdana di Ferrari (1996), Schumi hanya mampu menang tiga kali, selebihnya ia terhambat oleh mobil Ferrari karya John Barnard yang kurang kompetitif. Bahkan kekecewaannya memuncak di GP Prancis saat Ferrari yang ditungganginya meledak saat lap pemanasan, padahal ia start dari pole. Namun ia masih bisa menghibur publik Italia melalui kemenangan spektakuler di trek basah Barcelona dan di kandang Ferrari, Monza. Gelar juara dunia tahun 1996 diambil oleh rivalnya, Damon Hill dari Williams.


Harapan dan musibah

Pada 1997, dengan kedatangan Ross Brawn dan Rory Byrne, Schumi nyaris menjadi juara dunia, ia sangat kompetitif di musim tersebut. Sayang beberapa insiden yang melibatkan dirinya dengan Alexander Wurz (di Monaco), Ralf Schumacher (di Nurburgring), dan yang paling menyakitkan dengan Jacques Villeneuve (di GP terakhir di Jerez) memupuskan impian Schumi untuk menjadi juara dunia. Bahkan akibat insiden Jerez, seluruh poin yang diraih Schumi di musim tersebut dihapus oleh FIA. Selain itu, Schumi pun dikenai hukuman community service selama 60 jam.
Pada 1998 ia mendapat rival baru (sebenarnya bukan baru), yaitu McLaren yang kali ini bangkit dari tidurnya bersama Mika Hakkinen. Dengan dukungan mobil karya Adrian Newey dan ban Bridgestone, Mika Hakkinen bersama McLaren mendominasi musim tersebut. Schumi bersama Ferrari (yang memakai ban Goodyear) bukannya tidak mampu melawan, tetapi beberapa insiden kembali mewarnai karir Schumi. Salah satunya adalah kasus ban bocor di balapan terakhir musim 1998 di Suzuka, Jepang.
Tahun 1999, Schumi mengawali musim dengan baik. Ia menang di San Marino dan Monaco. Namun di GP Inggris di Silverstone, ia mengalami kecelakaan hebat di lap pertama, dan harus beristirahat untuk beberapa bulan akibat patah kaki.[44] Menurut keterangan dari majalah F1 Racing, kecelakaan tersebut terjadi karena Schumi megerem secara mendadak mobilnya saat Ross Brawn memberitahukan bendera merah akibat insiden di grid. Sebagai usaha penyembuhan cedera kakinya, ia bersama Jean Alesi lantas bertemu dengan Paus Yohannes Paulus II diVatikan. Uniknya, Schumi bukanlah seorang Katolik, Schumi adalah seorang Protestan. Rekan satu timnya, Eddie Irvine, kemudian tampil sebagai penantang gelar juara dunia, dimana ia nyaris mencuri gelar dari tangan Mika Hakkinen, namun gagal di balapan terakhir. Meskipun begitu, Ferrari berhasil menjadi juara konstruktor untuk pertama kalinya sejak 1983.


Kembali ke puncak

Schumi saat menyalip Kimi Raikkonen di GP Perancis 2002.
Di musim 2000, dengan ditemani oleh rekan setim yang baru, yaitu Rubens Barrichello, Michael Schumacher berhasil menang di tiga balapan awal yaitu di AustraliaBrazil, dan San Marino. Memasuki pertengahan musim, Schumi sempat terlibat beberapa kecelakaan dengan Ricardo Zonta (di Austria) danGiancarlo Fisichella (di Jerman), dan membuatnya harus turun peringkat ke posisi dua dalam klasemen. Namun lewat kemenangan hat trick di tiga balapan terakhir, ia akhirnya berhasil naik kembali ke posisi teratas klasemen, dan kemudian menjadi juara dunia bersama tim Ferrari di akhir musim (untuk pertama kalinya bagi Ferrari setelah 21 tahun).Ia juga menyamai rekor Ayrton Senna dengan menjuarai 41 lomba. Momen menarik di musim tersebut adalah pada saat GP Belgia. Ketika balapan tingga tersisa 3 lap lagi, ia disalip dengan menawan oleh Mika Hakkinen. Seusai balapan, tampak wajah Schumi lesu dan geram, terlebih Mika Hakkinen datang dan menjelaskan aksinya tersebut pada Schumi. Namun uniknya, hanya dua jam setelah perayaan podium ia bersama Hakkinen kemudian tertangkap basah sedang menghisap cerutu dan minum bir di motorhome Ferrari.
Musim 2001 menjadi era besarnya dominasi Ferrari, mulai dari Australia hingga Jepang. Ia menang mudah di Australia dan Malaysia. Kemudian setelah gagal di Brazil dan San Marino, Schumi kembali menang di Spanyol, dimana kemenangannya ia raih setelah Mika Hakkinen yang memimpin sampai lap terakhir tiba-tiba mengalami masalah mesin. Schumi yang berada di P2 (dan Juan Pablo Montoya di P3 bersama Jacques Villeneuve di P4) mendapatkan durian runtuh, dan sesaat setelah semua mobil masuk ke parc ferme, Schumi terlihat meminta maaf kepada Mika yang terlihat lesu atas kejadian tersebut. Michael kemudian memecahkan banyak rekor dan merebut gelar juara dunia untuk yang keempat kalinya di GP Hungaria, ketika masih ada empat balapan tersisa di musim itu. Ia menjadi pemegang rekor juara GP terbanyak, mengalahkan rekor Alain Prost yang pernah menang 52 kali. Kemudian di GP Italia, dengan masih diselimuti awan duka tragedi 11 September 2001, Schumi sebagai ketua Grand Prix Drivers Asociation lantas meminta semua pembalap untuk tidak menyalip di tikungan pertama dan kedua. Hanya tiga pembalap yang tidak setuju usulan Schumi tersebut, yaitu Jacques VilleneuveJenson Button, dan Enrique Bernoldi. Sepanjang balapan, Schumi pun terlihat tidak fokus, dan hanya finish di P4 dibawah rekan setimnya sendiri, Rubens Barrichello yang ada di P2.
Pada 2002, balapan F1 menjadi terasa lebih mudah bagi Schumi. Dengan bagusnya performa mobil Ferrari F2002 yang dikemudikan Schumi dan Rubinho, balapan demi balapan di musim 2002 menjadi mudah ditebak. Di Australia, dengan mobil lama F2001, Schumi berhasil menjadi juara. Setelah gagal di Malaysia, Ferrari kemudian meluncurkan F2002 di Brazil, dan Schumi pun lagi-lagi menjadi juara. Pada balapan tersebut Schumi menang tanpa kibasan bendera finish karena Pele yang berperan sebagai petugas pengibar bendera finish belum paham. Praktis setelah balapan memasuki GP San Marino, hanya dua pembalap Ferrari-lah yang terlihat sangat kompetitif. Bahkan ketika F1 baru menjalani 11 race (di Prancis), Schumi telah memastikan diri sebagai juara dunia 2002.Di sisa musim, Schumi kemudian membantu rekan setimnya sendiri, Rubens Barrichello agar bisa duduk di posisi kedua klasemen pembalap, dan usahanya ini berhasil.
Schumi merayakan kemenangannya di GP AS 2004.
Di musim 2003, Michael Schumacher menorehkan sejarah; ia berhasil menjadi pembalap satu-satunya yang merebut gelar juara dunia sebanyak enam kali. Meskipun ditahun tersebut dia harus berjuang sampai GP terakhir setelah mendapat perlawanan keras dari Kimi RaikkonenFernando Alonso, dan Juan Pablo Montoya. Sebelumnya di awal musim, Schumi bersama Ferrari mengawali musim 2003 dengan buruk. Schumi bahkan baru mencetak kemenangan di San Marino. Di balapan tersebut, ibunda Michael, Elizabeth, meninggal dunia tepat sesaat sebelum balapan. Michael menang balapan tersebut, dan kemenangannya kemudian didedikasikan untuk sang Bunda. Di balapan terakhir, di Suzuka, Jepang, Schumi hanya membutuhkan satu poin saja untuk menjadi juara. Di kualifikasi ia start di P14, sementara saingan utamanya, Kimi Raikkonen start di P2. Schumi kemudian berhasil naik ke P8 dan mengamankan gelar juaranya, dengan dibantu Barrichello yang berhasil memenangi lomba dan menahan Raikkonen agar tetap diam di posisi kedua. Malamnya setelah balapan, Schumi melakukan tindakan memalukan, yang apesnya tersorot media. Di sebuah hotel dirinya kemudian kepergok oleh media sedang melempar TV dan kulkas kecil dari kamar hotel dikarenakan mabuk.
Musim 2004 prestasi Ferrari kembali meningkat seperti musim 2002, Schumi kembali menjadi juara dunia dengan mudah. Bahkan Ferrari seakan tanpa lawan karena baik Schumi dan Rubens Barrichello selalu mendominasi podium balapan dengan mudah. Ferrari di tahun itu hanya kalah di Monaco (oleh Jarno Trulli –Renault), Spa (oleh Kimi Raikkonen – McLaren), dan Interlagos (oleh Juan Pablo Montoya – Williams). Dengan gelar juara dunia di musim 2004 ini, Schumi kembali mempertajam rekornya sebagai satu-satunya pembalap F1 yang mampu meraup tujuh kali gelar dunia.


Akhir karir

Schumi dan Felipe Massa saat start GP Prancis 2006.
Pada 2005, Schumi seakan loyo, dikarenakan performa ban Bridgestone yang sedikit lebih buruk dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun Ferrari telah menyiapkan diri dengan baik, namun hal itu tampaknya tidak diikuti oleh ban yang bagus dari Bridgestone. Di tiga balapan awal Ferrari memakai mobil F2004, baru kemudian di San Marino Ferrari menurunkan mobil baru F2005. Secara mengejutkan di balapan tersebut Schumi tampil melejit, dan ia bisa saja menang kalau tidak tertahan Jarno Trulli di awal balapan. Sepanjang musim berjalan, Schumi hanya menang di Amerika Serikat, itupun karena balapan hanya diikuti enam mobil (semuanya berban Bridgestone). Sementara semua tim lawan yang memakai Michelin memutuskan mundur dari lomba karena alasan keamanan. Di akhir musim Schumi berada di posisi tiga klasemen akhir dibawah Fernando Alonso (Renault) dan Kimi Raikkonen(McLaren).[57]
Ferrari mulai memperbaiki diri di musim 2006. Schumi pun mendapat rekan setim yang baru, yaitu Felipe Massa. Regulasi ban pun berubah, dengan kembali mengikuti format di musim 2004 dan sebelumnchumi pun berpeluang meraih gelar kedelapan apabila mesin Ferrari-nya tidak meledak di Jepang. Schumi mengumumkan bahwa dia akan pensiun diakhir 2006, dan Kimi Raikkonen akan menggantikan posisinya di 2007. Balapan terakhir Schumi di Brazil dipenuhi isak tangis jutaan fans F1 diseluruh dunia (baik yang suka ataupun benci padanya). Sadar tidak bisa meraih gelar kedelapannya setelah gagal di Jepang, Schumi mempertontonkan aksi terbaiknya. Start dari posisi 10 dan terlempar kebelakang akibat ban bocor, Schumi mampu menyikat semua lawannya hingga posisi empat. Balapan sendiri akhirnya dimenangi rekan setimnya, Felipe Massa.Hingga akhir karirnya di F1, Schumi telah mencatat poin lebih dari 1000 pts, menjadikannya pembalap F1 tersukses sepanjang masa. Selain itu, Schumi juga telah memenangi balapan F1 di 22 sirkuit berbeda, sirkuit yang belum pernah ia juarai adalah TurkiMeksiko, dan Luxemburg. Balapan yang paling banyak ia menangi adalah GP Prancis di sirkuit Magny-Cours, dengan raihan total sebanyak delapan kali. Ia juga memenangi lima kali balapan di Indianapolis (2000, dan 2003-06) dan Monaco (1994-95, 1997, 1999, dan 2001). Dan hingga saat ini, Schumi merupakan satu-satunya pembalap Jerman yang sukses menjadi juara dunia di Formula 1.


Kontroversi

Sebagai seorang pembalap besar, Schumi juga tidak lepas dari beragam kasus yang ia lakukan atau terlibat didalamnya. Berikut adalah kasus-kasus dalam balapan yang melibatkan Schumi sepanjang karirnya.
GP Inggris 1994 (Silverstone)
Schumi marah ketika sesi latihan bebas karena "diledek" Damon Hill saat Hill sedang berada di pitwall dan Schumi keluar dari garasi Benetton. Saat sesi pemanasan sebelum start, Schumi dan Hill sama-sama keluar dari garasi mereka masing-masing, secara kasar Schumi menggasak dan menyalip Hill. Langsung panitia mengibarkan bendera hitam, tanda diskualifikasi dari lomba untuk Schumi. Schumi malah tetap ngebut, dan akhirnya oleh panitia ia dikenai hukuman tambahan: dilarang tampil dalam dua balapan, sementara tim Benetton terkena denda setelah terbukti lalai tidak mampu mengontrol emosi pembalapnya, dan bos tim Flavio Briatore dilarang tampil dalam lima balapan setelah melontarkan kata-kata kotor pada steward balapan.
GP Australia 1994 (Adelaide)
Schumi dan Hill berselisih satu poin dalam klasemen, dan ini adalah balapan terakhir musim 1994. Strategi pitstop Damon Hill dan Schumi saat balapan sama, dan hal ini dimanfaatkan Hill untuk menggeber mobilnya semaksimal mungkin agar jaraknya tidak terlalu jauh dengan Schumi. Pada lap 36, Schumi secara tiba-tiba melebar di Turn 3, dimana ban kanan mobilnya menyenggol dinding. Hill yang tepat berada dibelakangnya mencoba menghindar, namun jalannya ditutup Schumi. Mengakibatkan kedua pembalap bersenggolan sampai Turn 4, dan kemudian keduanya tersingkir. Menghasilkan gelar juara dunia pertama untuk Schumi[35], dan tidak ada hukuman sama sekali baginya oleh FIA setelah insiden balapan tersebut.
GP Belgia 1995 (Spa-Francorchamps)
Schumi memaksakan start balapan memakai ban kering ditengah cuaca Belgia yang basah akibat hujan deras. Dengan mobil yang sulit dikendalikan akibat ban slick di tengah trek basah, Schumi memblok Hill sejak start, dimana keduanya kemudian bersenggolan di tikungan Les Combes. Lucunya malah Hill yang dihukum penalti stop-go 10 detik akibat dinilai mencoba menabrak Schumi di trek basah.
GP Eropa 1997 (Jerez)
Satu lagi kisah perebutan gelar juara dunia untuk Schumi, dimana kali ini ia melawan Jacques Villeneuve (JV). JV mencoba masuk dari tikungan Dry Sac pada lap 48. Schumi merespon dengan menghalangi jalan JV, dan mengakibatkan keduanya bersenggolan. Schumi kemudian terperosok ke gravel, sedangkan JV berhasil finish ketiga dan merebut gelar juara dunia. Hukuman kemudian diberikan pada Schumi, yaitu diskualifikasi dari klasemen pembalap dan larangan community service selama 60 jam.[42] Sebagai "kenang-kenangan", Sir Frank Williams dan Patrick Head kemudian memajangkan sasis Williams FW18 yang ditumpangi JV saat ia disenggol Schumi, di markas besar Williams di GroveOxfordshireInggris. Siapapun Anda yang berkesempatan berkunjung kesana, bisa menyaksikan bukti otentik insiden JV vs. Schumi di Jerez 1997.
Schumi saat bertarung denganDavid Coulthard di GP Inggris 1998.
GP Inggris 1998 (Silverstone)
Schumi menyalip Alexander Wurz di lap 43 saat masuknya safety car yang diakibatkan insiden yang menimpa mobil Heinz-Harald Frentzen. Ia lantas dihukum penalti 10 detik stop and go. Steward yang nampaknya juga sama-sama lupa membiarkan Schumi tetap di trek sampai lap terakhir (padahal sesuai peraturan, pembalap harus melaksanakan hukuman tersebut paling lambat tiga lap setelah ia resmi terkena hukuman). Schumi menjalani hukuman stop and go di lap terakhir, dan setelah itu ia dikibasi bendera finish, Schumi dinyatakan "menang" secara sah walapun berada di dalam pitlane.[79][80]
GP Belgia 1998 (Spa-Francorchamps)
Di balapan basah ini Schumi tengah memimpin balapan dan David Coulthard (DC) ketinggalan satu lap. Schumi yang diperkirakan saat itu tengah "melamun" secara tiba-tiba menyeruduk ekor mobil McLaren DC di tikungan Les Combes. Schumi kemudian kembali ke pit dengan menyisakan tiga roda dimobilnya, dan Coulthard kehilangan sayap belakang. Schumi lantas memaksa masuk ke garasi McLaren, dimana ia menyembur wajah DC dengan air minum dan berniat berkelahi dengan DC (yang saat itu masih memakai helm) akibat insiden tersebut, namun untungnya berhasil dipisah oleh para mekanik McLaren.[81] Sebagai bukti otentik atas insiden ini, DC dan Schumi yang kembali berdamai setelah beberapa minggu berseteru akibat insiden ini saling menandatangani sasis mobil yang mereka tumpangi saat terjadinya insiden tersebut. Kini sasis Ferrari F300 yang ditunggangi Schumi di Belgia 1998 bisa kita lihat di Museum Ferrari di Maranello, Italia, dan sasis McLaren MP4-13 tunggangan DC di Belgia bisa kita lihat di markas McLaren di Woking, Inggris.
GP Jerman 2001 (Hockenheimring)
Selepas start, Schumi mengalami kegagalan transmisi dan ia melambat. Dari belakang Luciano Burti yang tengah berakselerasi akhirnya langsung menyeruduk Schumi, mengakibatkan mobil Prost-nya terhempas keatas, dan membawa korban lain seperti Jos Verstappen danEnrique Bernoldi. Schumi yang seharusnya menyingkir ke tepi trek malah memajukan mobilnya ke tengah trek, akibatnya bendera merah keluar, dan Schumi beruntung karena ia masih diperbolehkan mengikuti restart oleh steward balapan.
Team Order: Rubens Barrichellomemberikan kemenangannya bagi Schumi di akhir GP Austria 2002.
GP Austria 2002 (A1-Ring)
Setelah Schumi gagal menyalip Rubens Barrichello sepanjang balapan, tim Ferrari lantas menginstruksikanteam order pada Barrichello agar mengalah di tikungan terakhir, tepat beberapa meter sebelum finish. Schumi menang secara kontroversial. Diatas podium, penonton begitu kecewa dan mencemooh Schumi dan Barrichello saat menaiki podium. Keadaan makin kacau saat Schumi mendorong Barrichello naik ke tangga podium tertinggi. Kanselir Austria memberikan piala kemenangan kepada Schumi, dan setelah itu Schumi malah memberikannya kepada Barrichello, yang kemudian dinilai oleh FIA dan Bernie Ecclestonesebagai tindakan memalukan dan melecehkan kanselir Austria sebagai kepala pemerintahan suatu negara. Atas insiden Austria tersebut, FIA "menghadiahi" Schumi dan Ferrari dengan denda sebesar satu juta dollarAS.[82]
GP Amerika Serikat 2002 (Indianapolis Motor Speedway)
Sekali lagi Schumi membuat ulah. Tanpa sepengetahuan Barrichello dan timnya sendiri, Schumi yang saat itu sedang memimpin secara tiba-tiba memperlambat mobilnya di akhir lap terakhir. Sehingga akhirnya Rubens Barrichello naik menjadi juara.[83] Awalnya Schumi berencana untuk membuat formasi finish yang bagus, sayangnya hal itu gagal, dan untuk menutupi rasa malunya, Schumi menuturkan pada pers bahwa kemenangan Barrichello tersebut merupakan "balas jasa" atas tindakannya di Austria. Kembali Schumi dicemooh, bahkan ia pun berperan besar atas menurunnya minat masyarakat AS menonton F1 akibat tindakan tersebut.
GP Inggris 2003 (Silverstone)
Schumi gagal maju kedepan karena handling mobil F2003-GA nya kurang begitu mengigit di Silverstone, dimana rekan setimnya, yaitu Rubens Barrichello bisa menunjukan bahwa ia mampu menyetting mobil dengan baik di Silverstone. Demi mengamankan posisi puncak klasemen dan juga posisi saat balapan, semua lawan yang mencoba menyalip Schumi sebisa mungkin Schumi halangi. Salah satunya adalah ketika ia terlihat seperti akan mencelakakan Fernando Alonso di tikungan Stowe dalam kecepatan 296km/j. Lucunya tindakan berbahaya Schumi ini sama sekali tidak dikenai hukuman oleh FIA maupun steward balapan.
GP Monaco 2006 (Monte Carlo)
Akhir babak kualifikasi, dan Schumi mencatatkan waktu tercepat yang bisa mengantarkannya meraih pole position. Dibelakangnya ia melihat Alonso mencatatkan waktu yang lebih baik lagi. Secara tiba-tiba saat in lap, Schumi memperlambat mobilnya di tikungan Rascasse, dan ia terlihat seperti mematikan mesin mobil, dan membuat mobilnya menghalangi jalan. Malam harinya seusai kualifikasi, FIA berkesimpulan bahwa tindakan Michael tersebut memang disengaja, dan hasilnya ia terkena hukuman harus start dari posisi paling buncit (P20).
GP Hungaria 2006 (Hungaroring)
Setelah melihat Alonso KO di Turn 2 akibat kesalahan pada pemasangan mur ban depannya, Schumi terlihat kegirangan, sampai-sampai ia nekat untuk memilih tidak masuk pit demi posisi podium di trek basah yang sudah mulai mengering. Sayangnya ia salah perhitungan, sebab di Turn 13 ia melintir dengan hebat, dan nyaris saja ditabrak oleh Nick Heidfeld dari BMW. Sebuah tindakan bodoh yang seharusnya tidak perlu dilakukan oleh pembalap sekelas Schumi.


Statistik


Karir

Michael Schumacher dihadapan para pendukungnya di GP Brazil 2006.
Thanks Michael: Ucapan salam perpisahan dari tim BMW-Sauber untuk Michael Schumacher di GP Brazil 2006.
Tampil: 250 kali
Start GP: 249 kali (gagal start di GP Prancis 1996)
Balapan pertama: GP Belgia 1991
Balapan terakhir: GP Brazil 2006
Menang: 91 kali
Menang pertama: GP Belgia 1992
Menang terakhir: GP China 2006
Pole: 68 kali
Pole pertama: GP Monaco 1994
Pole terakhir: GP Prancis 2006
Total poin: 1369 (termasuk yang dianulir tahun 1997)
Juara dunia: 7 kali (199419952000200120022003, dan 2004)




(Dikutip dari Wikipedia dengan sedikit perubahan)

1 komentar:

Backstreet's Fans mengatakan...

Aslinya sih aku lebih suka Kimi Raikkonen. Tapi berhubung ni Blog buat era 90-an terpaksa deh Schumi yang dimasukkin ke postingannya