Selasa, 03 November 2009

Mika Hakkinen, Schumi's Best Rival in Formula One.


Karir Formula 1


Lotus F1 (1991-92)

Go to fullsize imageAwal 1991, Mika ditawari kontrak F1 oleh Guy Edwards, pemilik tim Lotus. Debutnya di F1 di mulai di GP AS di Phoenix tahun tersebut. Selama sepanjang musim, Mika berhasil mencetak dua poin dan kemudian duduk di P15 klasemen akhir pembalap.
Tahun 1992 Mika masih bersama Lotus. Edwards kemudian berhasil menarik pabrikan Ford untuk memasok mesin bagi Lotus, dan Johnny Herbert yang baru saja ditendang dari Benetton. Momen terbaik Mika adalah saat ia balapan di GP Hungaria. Ia start dari barisan belakang, tetapi saat balapan ia bisa naik ke P4, dengan di bantu kecelakaan yang menimpa rival-rivalnya.

Di tahun itu juga, Mika sempat turun di ajang Porsche Super Cup, dalam satu balapan saja yaitu di Monaco. Di F1, Mika berhasil meraih 11 poin, dan finis di P8 klasemen akhir pembalap.


McLaren (1993-2001)


Test driver

Awal 1993, dengan Lotus yang terkena kesulitan keuangan, akhirnya membuat Mika pindah sebagai test driver di tim McLaren. Namun ia mendapatkan durian runtuh saat Michael Andretti memutuskan mundur dari tim McLaren saat balapan musim tinggal tersisa tiga seri lagi. Ia lantas berpasangan dengan Ayrton Senna. Balapan pertamanya adalah di Jepang. Secara luar biasa, Hakkinen mampu finish di P3. Sementara rekan setimnya harus bermasalah dengan debutan bernama Eddie Irvine. Mika lantas finish di P15 klasemen akhir dengan raihan 4 poin.


Masa pembelajaran

Tahun 1994, Mika mendapatkan status sebagai pembalap utama di tim McLaren menyusul hengkangnya Ayrton Senna ke tim Williams, dan kemudian tewas secara tragis di Imola. Dengan mesin Peugeot yang terbilang biasa saja, Mika mampu membukukan satu kali posisi ke dua di GP Belgia, dan kemudian peringkat ke tiga di San Marino, Inggris, Italia, Portugis, dan Jerez.
Baris terdepan ia dapatkan di GP Monaco 1994, saat ia start kedua di samping Michael Schumacher. Sayang ia gagal mempertahankan posisinya sampai akhir balapan. Momen unik terjadi saat GP Jerman 1994, dimana ia memperagakan maneuver berbahaya saat menyalip lawannya, dan sebagai akibatnya ia harus kena skors satu balapan dari FIA. Dan posisinya kemudian digantikan oleh pembalap Prancis,Phillipe Alliot untuk satu balapan saja. Di akhir musim, Mika finish di peringkat 4 klasemen akhir dengan 25 poin.
Tahun 1995, tim McLaren mendapatkan pasokan mesin dari Mercedes-Benz. Mika nyaris saja menjadi almarhum ketika ia mengalami kecelakaan hebat di Adelaide, saat berlangsungnya GP Australia. Mobil McLaren Mika mengalami ban kempes tanpa terasa, dan akhirnya membuat ia menabrak dinding. Beruntung ia tidak mengalami cedera serius, kecuali gegar otak ringan. Di akhir musim, Mika finish di peringkat 7 klasemen dengan 17 poin.


Teman baru: Coulthard

Tahun 1996, Mika mendapatkan teman setim baru, yaitu bekas pembalap Williams, David Coulthard. Sepanjang musim duet ini tampil mengesankan. Walaupun di GP Portugal, hubungan keduanya nyaris saja berakhir ketika Mika secara tidak sengaja menyeruduk ekor mobil DC. Meskipun begitu, Mika berhasil membukukan empat kali finish ketiga, yaitu di Inggris, Belgia, Italia, dan Jepang. Mika finish di posisi 5 klasemen akhir dengan 31 poin.
Memasuki musim 1997, McLaren mendapatkan sponsor baru, yaitu pabrikan rokok Imperial Tobacco dengan merek dagangnya, West. David Coulthard secara mengejutkan berhasil menang di Australia, di mana Mika sendiri hanya berhasil duduk di P3. Posisi yang sama ia juga dapatkan di GP Jerman, di belakang Gerhard Berger dan Michael Schumacher.
GP Eropa di Jerez menjadi titik balik karir Mika. Diawali insiden antara Jacques Villeneuve dan Michael Schumacher yang menyebabkan tersingkir dan di-DQ-nya Schumi, Villeneuve kemudian melambat, dan memberikan jalan bagi dua McLaren, dimana Coulthard memimpin. Lantas Ron Dennis kemudian memerintahkan DC melambat, dan ia menurutinya. Mika akhirnya memimpin dan kemudian meraih kemenangan pertamanya di F1. Mika lantas finish di posisi 6 klasemen pembalap dengan raihan 27 poin.


Juara dunia 1998-1999

Tahun 1998, dengan masuknya Adrian Newey, membuat penampilan McLaren semakin bagus. Di Australia, Mika mendapatkan pole dan memimpin. Sayang ia salah mendengar radio komunikasi, dan kemudian masuk pit, membuat DC memimpin. Menjelang finish, secara mengejutkan DC melambat dan membuat Mika menang. Sepanjang 1998 Mika berhasil memenangi balapan di Australia, Brazil, Spanyol, Monaco, Austria, Jerman, Luxemburg, dan Jepang. Ia juga berhasil menjadi runner up di Argentina dan Jepang. Di akhir musim, Mika menjadi juara dunia untuk kali pertama dengan raihan 100 poin.
Tahun 1999, Mika mencoba untuk mempertahankan gelarnya. Dengan lawan-lawan yang tangguh dari Eddie Irvine dan Heinz-Harald Frentzen. Sebelumnya, rival Mika, Michael Schumacher mengalami patah kaki di Silverstone, dan membuatnya keluar dari persaingan gelar dunia. Di tahun itu Mika menang di Brazil, Spanyol, Kanada, Hungaria, dan Jepang. Serta finish runner up di Prancis dan Belgia. Momen unik terjadi saat ia salah mengover gigi di Monza, dan menyebabkan ia tersingkir dari lomba. Mika kemudian menangis di sisi trek, dan mengakibatkan ia ditangkap oleh polisi lokal karena dianggap mengganggu keamanan balapan. Di akhir musim, Mika kembali keluar sebagai juara dunia dengan total poin 76 pts.


Akhir karir

Tahun 2000 Mika merasa optimis bahwa ia bisa meraih hattrick gelar dunia F1. Meskipun gagal di awal, Mika berhasil membalas kegagalannya dengan menang di Spanyol, Austria, Hungaria, dan Belgia, dimana di Belgia ia sempat menunjukan atraksi hebatnya saat menyalip Michael Schumacher dengan berani. Namun kegagalan mesin di Indianapolis memupus harapan Mika untuk meraih hattrick juara dunia. Gelar dunia tahun 2000 kemudian diambil alih Michael Schumacher. Mika harus puas di posisi runner up dengan 89 poin.
Musim 2001 adalah musim terburuk Mika. Nyaris sama seperti musim 1995, ia kembali mengalami kecelakaan hebat di Australia. Kemudian di Brazil ia mengalami kegagalan elektrik yang menyebabkannya gagal start. Masalah yang sama ia alami di Austria. Mika baru bisa menang di Inggris. Kemudian di Monza, Mika mengumumkan untuk sabbatical dulu dari F1, dan posisinya akan digantikan oleh Kimi Raikkonen. Kemenangan terakhir Mika diraih di Indianapolis. Mika finish di peringkat 5 klasemen akhir dengan 37 poin.
Memasuki tahun 2002, Mika Häkkinen kemudian berpisah dengan manajernya Keke Rosberg, dan hal ini semakin memperjelas bahwa Mika tidak akan kembali lagi ke F1 di 2002.

Tidak ada komentar: